Banyak anggapan, pemakaian intake manifold racing di motor harian
membuat bensin menjadi boros. Katanya, komponenkompetisi hanya cocok
untuk tunggangan balap. Padahal, justru dengan memakai leher angsa
kompetisi pada kendaraan sehari-hari, bahan bakar jadi lebih irit.
Tarikan jadi lebih spontan.
EFISIENSI VOLUMETRIC
Logikanya: karena jarak intake pendek, daya isap ruang bakar jadi kian
besar. Otomatis, pasokan bahan bensin jadi banyak dan maksimal. Karena
itu, tidak ada sisa bensin yang menempel di dinding intake. Jadi, ukuran
spuyer standar bisa di turunkan 1-2 step. Alhasil, bensin yang
dikeluarkan lebih sedikit dan efisien.
Hubungan terhadap power mesin, berpengaruh pada efisiensi pengisian dan
volume bahan bakar (volumetric) ke ruang silinder. Makin cepat bahan
bakar masuk ke silinder, tenaga yang tercipta di ruang bakar makin
responsif.
Jadi, sektor itu yang sering dituduh sebagi biang keladi keoknya bebek
Yamaha F1Z-R. Alasannya, motor menganut dapur pacu tidur dengan saluran
pemasukan yang lebih panjang dibanding bebek Suzuki. Tak heran bila para
mekanik balap Yamaha mengakalinya pakai intake manifold lebih pendek.
Sobat-sabit Force 1 mania pun bisa praktik sendiri di bebek
kesayangannya. Kebetulan leher angsa kompetisi dijual di pasaran. Salah
satunya, ngetop disebut itake 'kodok' (gambar 1). Bentuknya mirip kodok.Setelah beres, tinggal pasang karburator dan mesinnya seperti sedia kala. Setting kembali karburator sesuai permintaan mesin. Sebelumnya, hidupkan dulu mesin dengan tetap pakai ukuran spuyer standar (130/17,5). Bila pasokan bensin terlalu basah (bisa dilihat dari busi), turunkan ukuran main-jetnya 1-2 step. Selamat mencoba..!
0 komentar:
Post a Comment